KATOLISITAS ISTIMEWA: MERAJUT IMAN DALAM KAIN BUDAYA

SMA PL Van Lith Muntilan kembali menggelar acara tahunan Katolisitas Istimewa pada Senin, 25 November 2024. Dengan tema Merajut Iman dalam Kain Budaya, generasi muda dari Nusantara yang kaya akan keragaman budaya diajak untuk menghayati dan mewartakan iman Katolik melalui warisan budaya lokal yang beragam. Acara ini menampilkan Wayang Wahyu yang dibawakan oleh Romo Banar sebagai salah satu perwujudan dari budaya lokal khas Jawa. Beberapa tamu undangan juga turut menghadiri acara ini, seperti perwakilan sekolah SMP di sekitar Muntilan dan mahasiswa dari Universitas tertentu.

        Sebelum acara inti dimulai, para tamu dan vanlithsian dipersilahkan untuk menikmati beberapa permainan tradisional di lapangan sekolah meliputi Batara Kala, Baru Klinting, Kotak Pos, dan Jagad Ruwet. Selain itu, ada pula pameran seni seperti patung, lukisan, maupun kolase yang memiliki nilai dan moral mendalam. Acara dimulai dengan doa pembuka dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dalam sambutan oleh Bapak R. Baluk N. S,Pd. sebagai Kepala Sekolah, beliau menyampaikan bahwa meskipun kain budaya yang kita kenakan berbeda-beda, iman kita terhadap Yesus Kristus tetaplah searah (vertikal), serta menyerempet betapa pentingnya melestarikan warisan budaya dari para leluhur. Acara berlanjut dengan persembahan Tari Sembah dan Tari Suwung oleh vanlithsian angkatan 33 dan 32, diiringi dengan alunan gamelan. Tak kalah dengan tari, vanlithsian juga mempersembahkan pertunjukan musik sebagai oleh anggota KARBANG, humaniora karawitan, serta VOSTRA untuk turut memeriahkan suasana. Puncak acara adalah penyerahan Wayang Wahyu oleh Bapak R. Baluk N. S,Pd. kepada Ki Yulius Iswanto sebagai Dalang. Pertunjukan wayang mengisahkan perjalanan Yesus hingga peristiwa Minggu Paskah. Seluruh rangkaian cerita tersebut disampaikan dengan sangat memukau yang kian didukung oleh dekorasi panggung yang indah dan iringan gamelan yang harmonis.

    Seusai pertunjukan, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan Romo Gregorius Budi Subanar Sj, penulis sekaligus Romo yang memperoleh gelar doktor di Universitas Gregoriana Roma. Dalam kesempatan ini, Romo Banar memberikan Wayang kepada Romo Iswanto sebagai ungkapan terima kasih atas dedikasinya dalam melestarikan Wayang Wahyu sejak peringatan 150 tahun Van Lith pada tahun 2013. Romo Subana menjelaskan bahwa unsur seni di dalam pewayangan sangat mendeskripsikan kisah Sengsara Yesus dengan mendalam. Sebagai sebuah filosofi, bagian akhir diberi dengan Udarmas yang merupakan metode menyelesaikan cerita secara lisan. Kekayaan seni rupa dalam wayang sangat terlihat. Unsur seni bercerita di dalam Kisah Sengsara Yesus bila dibawakan dengan wayang menjadi menarik karena suasananya yang dihidupkan oleh gamelan. Beliau menyampaikan, bahwa bidang kajian budaya biasanya tidak diambil teori/konsep, tetapi dari  pengalaman hidup (Jeanne)

0 0 votes
Beri Nilai Pos
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments