SMA Pangudi Luhur Van Lith kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan Wawasan Kebangsaan Istimewa (WKI) Rabu, 22 Mei 2024, ini adalah sebuah acara yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme di kalangan siswa. Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Menjadi Generasi Muda yang Berperan Bukan Baperan”. Acara ini menghadirkan Josua Satria Collins, S.H., seorang staf parlemen muda dari Partai Golkar, sebagai narasumber utama.
Acara dimulai dengan antusiasme tinggi dari para peserta yang disambut oleh Albertus Farell dan Faustina Mediana selaku pembawa acara. Setelah sambutan pembuka, seluruh hadirin bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang dipimpin oleh Amor, diikuti dengan doa pembuka oleh Adi.
Perwakilan rektorat, Sr. Christi Siti, CB, memberikan sambutan hangat yang menggarisbawahi pentingnya pemahaman kebangsaan dan peran aktif generasi muda dalam membangun bangsa. Ia menekankan bahwa acara seperti WKI sangat penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan siswa.
Kegiatan WKI tahun ini tidak hanya diisi dengan talkshow inspiratif, tetapi juga dimeriahkan dengan penampilan seni dari siswa SMA Van Lith. Salah satu penampilan yang mencuri perhatian adalah tari kreatif yang dibawakan oleh Axa dan Karin. Mengusung tema lingkungan, mereka menggunakan plastik sebagai properti tari, memberikan pesan kuat tentang pentingnya daur ulang dan menjaga lingkungan.
Josua Satria Collins, yang menjadi staf parlemen di usia 26 tahun, membagikan kisah inspiratifnya kepada para peserta. Ia memulai dengan cerita ketika ia bersama Zico Simanjuntak berhasil menggugat Pasal 122 huruf k dalam Undang-Undang MD3 ke Mahkamah Konstitusi pada usia 20 tahun. “Keberanian dan semangat muda adalah kunci untuk membuat perubahan,” ujarnya, mengingat tantangan besar yang dihadapinya saat itu melawan ahli-ahli hukum senior.
Josua, yang lulus dari Universitas Indonesia pada usia 21 tahun, menekankan bahwa pemuda harus menjadi “director of change” dan tidak hanya menjadi agen perubahan. “Sebagai generasi muda, kita harus mengarahkan hidup kita dan membuat dampak positif, dimulai dari hal-hal kecil seperti melayani di gereja atau terlibat dalam komunitas,” katanya. Ia juga mendorong siswa untuk mengikuti minat dan bakat mereka serta memanfaatkannya dalam berbagai bidang, termasuk politik.
Bagi Josua, berdasarkan tema yang diusung “berperan” memiliki arti sebagaimana kita dapat berdampak bagi orang lain dan making other lives better tidak lupa juga berperan berarti Kita dapat menjadi agen perubahan dan siap melakukan sebuah perubahan.
Dalam sesi tanya jawab, Josua mengajak para peserta untuk lebih kritis dan aktif dalam politik. “Pemuda harus aware dengan politik. Kita tidak perlu terjun langsung, tapi setidaknya kita tahu dan mengkritisi kebijakan yang ada,” tambahnya. Ia juga memberikan tips tentang manajemen waktu dan pentingnya menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan hobi.
Salah satu momen berkesan dalam acara ini adalah ketika Josua membagikan pandangannya tentang politik dinasti dan pentingnya memilih pemimpin yang tidak hanya kaya, tetapi pintar dan berdedikasi untuk kesejahteraan masyarakat. “Kita butuh pemimpin yang bisa membuat undang-undang yang mensejahterakan masyarakat, bukan hanya mereka yang bisa memberi uang atau bantuan,” tegasnya. Acara diakhiri dengan harapan besar dari Josua untuk generasi muda. “Saya berharap kalian semua ikut dalam Pemilu 2029, bukan hanya memilih, tetapi juga mengkritisi calon-calon yang ada. Generasi muda harus mengubah dan memperbaiki apa yang bisa diubah untuk mewujudkan Indonesia emas,” tutupnya